Opini

Upgrade Team Work Isntitusi dari Entropi Budaya kepada Public Trust

721
×

Upgrade Team Work Isntitusi dari Entropi Budaya kepada Public Trust

Sebarkan artikel ini

Oleh : Andi Irawan
Ketua Bawaslu Kabupaten Tangerang

Sebagai institusi lembaga publik, diantaranya: penyelenggara pemilu yaitu Bawaslu, KPU, institusi pemerintahan, lembaga pendidikan, organisasi sosial ataupun perusahaan umum di tengah transformasi serta tata kelola/manajemen organisasinya yang dituntut untuk terus berproses menjadi lembaga/ institusi yang semakin _agile team work_ (Gesit, Cerdas, Tangkas) dalam pelayanan publik.

Senada dengan itu mengutip penjelasan Dr. HC. Ary Ginanjar Agustian, seorang motivator Indonesia, tokoh pembangunan karakter, penggiat transformasi budaya perusahaan, pendiri ESQ Leadership Center mengutarakan bahwa: dalam wacana transformasi budaya perusahaan dikenal istilah Entropi Budaya/ Toxic Culture yaitu energi dalam kelompok yang digunakan untuk pekerjaan yang tidak produktif. Entropi budaya mengukur konflik, friksi, dan keputusasaan yang muncul dalam sebuah organisasi atau perusahaan. Ary Ginanjar menegaskan bahwa sesungguhnya fenomena entropi ini tidak hanya terjadi pada organisasi dan perusahaan, namun juga berlaku dalam skala bangsa.

Semakin besar entropi yang disebabkan perpecahan, konflik, persaingan, ketidakjujuran, dan pelanggaran hukum akan semakin besar kerugian yang akan terjadi. Akankah semua ini dibiarkan? (actconsulting.co. 11Des. 2017). Dalam kajian manajemen perubahan sebuah institusi/ lembaga/organisasi ada hal yang sangat penting untuk dipahami bersama tentang konsep bagaimana menjaga, merawat, meningkatkan produktifitas dalam mengerjakan visi, misi serta komitmen tujuan yang tentu dijunjung tinggi para pengelola/ pengemban tugas team work sebuah institusi tersebut.

BACA JUGA :  HBK PEDULI Bagikan 5.000 Paket Sajadah dan Sarung untuk Masyarakat Kurang Mampu di Lombok

Kebiasaan dan norma yang dibangun dalam peningkatan kerja dalam sebuah team akan sangat mempengaruhi seluruh aspek yang dimiliki sebagai faktor utama penggerak perubahan. Itulah budaya sebagai sistem nilai pembangkit kekuatan yang dimiliki institusi. Budaya adalah kumpulan karakter sebuah organisasi atau bangsa.

Lalu apa yang dimaksud entropi? Dalam ilmu fisika diketahui bahwa jumlah energi yang dihasilkan sebuah mesin adalah sama dengan jumlah energi yang dimasukkan ke dalamnya. Jika ada kerusakan komponen mesin, maka sebagian energi akan digunakan untuk mengatasi kerusakan tersebut. Energi tersebut dinamakan entropi.

Secara umum dapat penulis maknai Entropi Budaya/Toxic Culture, adalah energi yang terbuang di tempat kerja untuk hal yang tidak produktif. Adanya peningkatan produktivitas dalam sebuah manajemen team work, tentu ada nilai-nilai positif membangun perubahan efektif yang dianut dan diyakini benar dalam sebuah Institusi secara kolektif. Setelah memahami persoalan yang dihadapi terhadap tantangan perubahan, tak terhindarkan bahwa upgrade suatu team work Institusi menjadi suatu keniscayaan agar tidak terjadi kebuntuan atau bahkan keruntuhan. Maka dengan mengatasi penyebab utama atas kebuntuan tersebut, perlu kiranya pemimpin beserta team work Isntitusinya sinergi berkerja sama mengatasi fenomena gejala yang dinamakan Entropi budaya atau disebut juga energi disfungsional, jika entropi budaya tinggi, energi produktifitas menjadi rendah, dan berdampak pada kinerja juga rendah. Kemudian ketika entropi budaya rendah, energi untuk produktifitas dan kinerjapun berpengaruh menjadi tinggi. Disfungsi atau besarnya gangguan dalam Institusi/organisasi, faktor pengelolaan kontrol sebagai bentuk kehati-hatian yang berlebih, kecemasan, kebingungan, persaingan internal, jumlah energi team work yang harus dikeluarkan untuk menyelesaikan tugas kerjapun meningkat. Sedangkan energi yang dimiliki terbatas tereksploitasi hanya untuk mengatasi entropi budaya, sehingga energi yang tersedia untuk pekerjaan yang produktifpun menjadi rendah.

BACA JUGA :  Jika Sahwat Kekuasaan Lebih Besar dari Tanggung Jawab, Dapat Merusak Kedaulatan Bangsa

Ada tuntutan perubahan serentak, saat pemerintah memutuskan untuk memasuki kondisi di era new normal. Keadaan dan suasana aktivitas tatanan perilaku yaitu sistem budaya, norma adat masyarakat, gaya hidup, nilai disiplin, integritas, moralitas, idealisme, politik, krativitas. Pakar manajemen perubahan Rhenald Kasali mengatakan, hampir segala lini kegiatan manusia telah mengalami pergeseran, dari kegiatan konvensional beralih ke sistem digital.‎ Lebih lanjut Renald mengatakan banyak orang mengatakan dunia memasuki era new normal. Tapi apa konkretnya new normal dalam kehidupan baru?” ( Merdeka.com 21 Juli 2018). Manajemen perubahan menjadi hal yang urgent bagi suatu institusi publik sebagai representatif Lembaga pemerintah yang memiliki tanggung jawab penuh dalam memberikan pelayanan masyarakat, tentu harus terus menampilkan performance terbaiknya yaitu tanggap, cekatan namun tetap elegan dirasakan hadir dan simple untuk mudah diakses. Selanjutnya apa yang dapat dilakukan sebagai upaya menyesuaikan antara tuntutan peningkatan produktivitas kerja khususnya pada team work bagi Institusi publik dalam meng-upgrade pelayanannya terhadap masyarakat dengan peningkatan menuju publik trust.

BACA JUGA :  Lahirkan Energi Pancasila Sebagai Penggerak Jatidiri Bangsa

Kepercayaan publik terhadap institusi/Lembaga publik dapat dipicu oleh suatu reaksi spontan dan berulang berasal dari suatu basis konstruksi aksi performance agile governance yang dimiliki dan dirasakan oleh lingkup internal dan sekitarnya. Kaitan lingkup internal dan sekitar ditimbulkan oleh prilaku dan resonansi gerak pemilik institusi secara melekat. Penulis berkesimpulan atas hasil perenungan yang cukup mendalam. Ada tiga prinsip pembangkit performance Yang dapat di sebut sebagai The Dignity Performance yaitu Dignity Keahlian, Dignity Kehormatan, Dignity Kekompakan. (Adapun Mengenai Dignity Performance akan diurai pada kesempatan lain) dengan pengembangan prinsip Dignity tersebut akan mengurangi Entropi Budaya (Toxic Culture/Toxic People/ Kerusakan Budaya/Orang yang beracun), diharapkan mampu bisa merubah keadaan, untuk dapat Upgrade Team Work Isntitusi dari Entropi Budaya Kepada Publik Trust dapat tercapai,

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *