Daerah

Universitas Muhammadiyah Purwokerto Kukuhkan Profesor “Longsor”

1086
×

Universitas Muhammadiyah Purwokerto Kukuhkan Profesor “Longsor”

Sebarkan artikel ini

NASIONALXPOS.CO.ID, BANYUMAS- Universitas Muhammadiyah Purwokerto (UMP) mengukuhkan satu guru besar Ilmu Geografi, Kamis (9/2/2023). Guru besar itu, yakni Profesor Dr Suwarno Msi.

Prof. Dr. Suwarno, M.Si. yang meneliti tentang mitigasi kebencanaan, terutama tanah longsor mengatakan, seluruh masyarakat Indonesia khususnya Kabupaten Banyumas, Jawa Tengah, harus siap hidup berdampingan dengan bencana.

“Oleh karena itu, orasi ilmiah saya sampaikan dalam pengukuhan ini, mengambil judul Hidup Berdampingan dengan Bencana,” katanya.

Menurut dia, orasi ilmiah tersebut menitikberatkan bahwa bencana itu pada prinsipnya disebabkan oleh ulah tangan manusia, juga merupakan takdir Allah sebagai peringatan maupun ujian bagi manusia.

Terkait dengan hal itu, dia melakukan kajian yang berkaitan dengan geomorfologi khususnya bencana longsor yang ada di Kabupaten Banyumas.

“Hampir separuh wilayah Kabupaten Banyumas, sudah saya teliti tentang kerawanan longsornya,” katanya.

BACA JUGA :  Terkait Tambang Emas Ilegal Di Ajibarang, Husain Akan Lakukan Koordinasi Dengan Pemprov dan Pemerintah Pusat

Baca Juga :Keren, Sensasi Wisata Kapal di Sungai Serayu Berasa Seperti di Bangkok

Dari hasil penelitian tersebut, kata dia, diketahui bawah sebagian besar wilayah Banyumas rawan longsor, sekitar 30 persen di antaranya masuk kategori atau zona merah rawan longsor.

Ia mengatakan kajian tersebut lebih menekankan kepada perilaku manusia dalam mengelola lahannya karena longsor itu akan terjadi kalau lerengnya terganggu.

“Sepanjang lerengnya tidak terganggu walaupun itu pada zona merah, Insyaallah tidak longsor,” tegasnya.

Menurut dia, sekitar 60 persen gangguan lereng itu disebabkan oleh perilaku manusia dalam mengolah lahannya.

Dalam hal ini, kata dia, menanam tanaman besar yang terlalu rapat dapat menyebabkan beban lereng menjadi tinggi.

Selain itu, lanjut dia, membuat terasering dan mencetak sawah-sawah basah di daerah perbukitan dapat mengganggu lerengnya.

“Artinya, kalau menanam untuk pertanian, ya jangan mengganggu lereng. Biarkan lerengnya alami ditanami tanaman-tanaman besar yang bisa menghasilkan,” katanya.

Menurut dia, hal itu disebabkan masyarakat di Banyumas jarang menanam salak, sedangkan di Banjarnegara banyak warga yang menanam tanaman buah tersebut.

“Orang Banyumas itu sudah pintar. Jadi di lereng-lereng yang terjal itu ditanami tanaman besar yang agak jarang dan di sela-selanya ditanami kapulaga tanpa membuat terasering,” katanya.

Terkait dengan upaya mitigasi bencana, Prof. Suwarno mengatakan hal itu konteksnya bukan pencegahan bencana tetapi bagaimana mengurangi risiko bencana.

Menurut dia, pengurangan risiko bencana pada intinya adalah meningkatkan kapasitas masyarakat.

“Bagaimana meningkatkan kapasitas masyarakat? Ya ada pelatihan, ada sosialisasi, ada gladi bersih tentang bagaimana memanajemen bencana,” tegasnya.

Sementara itu, Rektor UMP Assoc. Prof. Dr. Jebul Suroso mengatakan pihaknya komitmet untuk jumlah guru besar di UMP dengan karya-karyanya.

Dengan demikian, kata dia, hal itu diharapkan dapat meningkatkan peran UMP untuk kemanfaatan bagi masyarakat.

“Di UMP sudah ada sembilan guru besar, namun sekarang tinggal tujuh orang,” jelasnya.

Terkait dengan pengukuhan Guru Besar Bidang Ilmu Geografi, dia mengatakan hal itu terkait dengan keahlian Prof. Suwarno di geospasial khususnya tanah longsor.

Ia mengharapkan dengan keahlian tersebut, Prof. Suwarno bisa menjadi salah satu pakar menyumbangkan pemikirannya yang berkaitan dengan kebencanaan karena Indonesia merupakan supermarket bencana.

“Sepertinya di Banyumas baru ada satu profesor yang konsentrasi pada kebencanaan khususnya longsor. Kalau sebelumnya UMP melahirkan profesor yang meneliti kelapa kopyor, sekarang punya profesor longsor,” kata Rektor. (koko)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *