Daerah

Semarak Culture Festival 2024, Libatkan 3.000 Penari Blora

137
×

Semarak Culture Festival 2024, Libatkan 3.000 Penari Blora

Sebarkan artikel ini

NASIONALXPOS.CO.ID, BLORA – Blora Culture Festival 2024 libatkan 3.000 penari Blora. Acara yang dilaksanakan di lapangan Kridosono, Sabtu (7/9/24) pagi tersebut berjalan meriah.

Pantauan di lapangan, Bupati Blora Arief Rohman dan Forkompimda ikut menari bersama ribuan penari tayub lainnya.

Advertisement
scroll ke atas

Suasana semakin terasa dengan kesenian tradisional khas Blora, lantaran juga bersamaan dengan itu juga ada gelar seni Rampak Barongan

Diketahui, Blora Culture Festival 2024 digelar di lapangan Kridosono, Blora Kota selama dua hari berturut-turut. Yakni, Jumat (6/9/2024) dan Sabtu (7/9/2024). Bupati Arief Rohman membuka acara itu ditandai dengan pemukulan lesung yang dilakukannya bersama Forkompimda.

Pada hari kedua, yang berlangsung pagi hari, suasana benar-benar meriah di pelaksanaan Blora Culture Festival 2024. Sekitar 3.000 orang dari berbagai elemen masyarakat secara massal menari tayub. Bupati Arief Rohman juga ikut menari di tengah-tengah mereka.

BACA JUGA :  Golkar Resmi Gabung ASRI di Pilkada Blora 2024

Para peserta tayub massal itu, diantaranya para pegawai dari semua OPD di lingkungan Pemerintah Kabupaten Blora, sejumlah pegawai dari instansi vertikal, para pengurus Komite Olahraga Nasional Indonesia (KONI) Blora, pengurus cabang olahraga, organisasi masyarakat, masyarakat adat, pegiat seni budaya, organisasi wanita, Pramuka, KORMI, TNI-POLRI, hingga pelajar se-Kabupaten Blora.

Bupati Blora Arief Rohman mengapresiasi setinggi-tingginya kepada seluruh pihak yang berperan dalam menyukseskan kegiatan tersebut. Ia mengatakan, Gelar 3.000 Tayub Blora merupakan ini bentuk penghormatan terhadap budaya leluhur, serta wujud dari upaya pemerintah dalam “nguri-uri” atau melestarikan budaya.

“Apresiasi saya sampaikan kepada seluruh pihak yang telah membantu terselenggaranya kegiatan ini dan ikut menjaga warisan budaya leluhur,” ungkapnya.

Lebih lanjut, Bupati Arief menekankan, Seni Tayub merupakan bagian dari budaya Kabupaten Blora yang mengandung nilai kebersamaan dan identitas daerah. Melalui gelar taub massal ini, dia berharap keberadaan Tayub di Blora akan tetap terjaga dan diteruskan kepada generasi berikutnya.

Digelar tayub massal yang melibatkan 3.000 penari tayub itu, dirangkaikan dengan penyerahan Sertifikat Pencatatan Inventarisasi dari Kementerian Hukum dan HAM (Kemenkumham). Dalam sertifikat itu disebutkan, Tayub Blora telah resmi dicatat sebagai Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Ekspresi Budaya Tradisional.

Bupati Arief menyatakan, sertifikat tersebut sebagai bentuk pengakuan penting atas keberagaman budaya tradisional yang dimiliki Kabupaten Blora.

“Sertifikat ini mencerminkan identitas budaya, kearifan lokal, dan warisan nenek moyang kita. Sesuai dengan Undang-undang Nomor 28 Tahun 2024 tentang Hak Cipta, sertifikat ini bertujuan untuk melindungi ekspresi budaya tradisional, sehingga tidak ada lagi yang dapat mengklaim kekayaan intelektual ini sebagai miliknya,” tambahnya.

Bupati yang akrab disapa Mas Arief itu berharap agar kegiatan Gelar Tayub Blora secara massal dapat menjadi agenda tahunan di Kabupaten Blora. Ia optimistis bahwa kegiatan ini akan terus berkembang dan semakin memperkuat identitas budaya daerah.

“Ini merupakan yang pertama kali diadakan, kami berharap tahun depan bisa diadakan lebih besar lagi, dan semoga bisa menjadi agenda tahunan karena Tayub ini sudah menjadi brand-nya Blora,” tandasnya.

Kepada generasi muda, Mas Arief berpesan agar turut menjaga dan melestarikan warisan budaya leluhur. “Sebagai generasi muda, kita harus Nguri-uri kebudayaan yang menjadi warisan leluhur kita. Dengan budaya, kita bisa bersatu, rukun, dan kompak,” pesannya.

Diketahui, selin Tayub Blora, beberapa warisan budaya Kabupaten Blora juga telah tercatat dalam Kekayaan Intelektual Komunal (KIK) Ekspresi Budaya Tradisional, Masing-masing Wayang Krucil, Jipang Panolan, Jamasan dan Kirab Pusaka Kyai Bismo, Sedulur Sikep, Wayang Tengul, Grebeg Sedekah Bumi, serta tradisi Perang Nasi di Desa Gedangdowo. Termasuk Jamasan Pusaka Situs Mbah Ndoro Balun. (Riyan)

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *