DaerahOpini

Salah Kaprah Memandang Pancasila, Refleksi Ketua GPM Sulut Soal Hari Pancasila

1203
×

Salah Kaprah Memandang Pancasila, Refleksi Ketua GPM Sulut Soal Hari Pancasila

Sebarkan artikel ini

NASIONAL XPOS.CO.ID, SULUT – Sidang Badan Persiapan Usaha Kemerdekaan Indonesia (BPUPKI) pada tanggal 1 Juni 1945, Soekarno mengutarakan dasar negara dalam 5 Asas atau Panca, selanjutnya akan dikenal dengan Pancasila, Melalui Kepres nomor 24 tahun 2016 pemerintah menetapkan 1 Juni 1945 sebagai Hari Lahir Pancasila dan menjadi hari libur nasional.
Saat pidato 1 Juni 1945 dicetuskan Ketuhanan Yang Maha, Kemanusiaan Yang Adil dan Beradab, Persatuan Indonesia, Kerakyatan Yang Dipimpin oleh Hikmat Kebijaksanaan dalam Permusyawaratan Perwakilan, dan Keadilan Sosial bagi Seluruh Rakyat Indonesia.

Baca juga : Lahirkan Energi Pancasila Sebagai Penggerak Jatidiri Bangsa

Peringatan hari Pancasila 1 Juni 2021 ini, perlu kembali memaknai roh yang terkandung dalam Pancasila. Ketua Gerakan Pemuda Marhaenis (GPM) Sulut Steven Sumolang Menilai bahwa, jangan salah kaprah memandang Pancasila sebagai ideologi bangsa. Makanya kandungan nilai di dalamnya harus dilihat secara komprehensif, tidak melihat secara parsial, Selasa (01/6/2021).

BACA JUGA :  BPS Provinsi Bali: Inflansi Bali Pada Juli 2024 Tetap Terjaga

Menurut Ketua GPM Sulut Steven Sumolang.M.Si  Selama ini Pancasila terkesan hanya sebagai pedoman hidup dalam menjaga stabilitas negara, menjaga kerukunan. Kalau terjadi konflik sosial dan mengkritisi sesuatu hal yang substansial dalam kebijakan negara, akan dicap melanggar ideologi Pancasila. Pada akhirnya Pancasila terkadang dijadikan alat untuk memberangus perbedaan yang justru misinya untuk membangun bangsa.

BACA JUGA :  Pemkab Minahasa Utang 10 Miliar di BPJS, Telantarkan Ribuan Warga

Sumolang, menjelaskan untuk makna luhur Pancasila adalah visi keadilan sosial atau kesejahteraan rakyat bagi seluruh rakyat Indonesia, kepada siapa saja dan dimana saja.

Negara wajib hukumnya menjamin rakyat sejahtera pada setiap kelompok agama, kelompok kepercayaan, segenap suku bangsa, kaum miskin, buruh, tani, nelayan. Mereka yang tinggal di setiap sudut kota, setiap pelosok desa, suku terasing, pulau kecil, pulau terluar. ungkap Sumolang kepada Nasionalxpos.co.id.

Ditambahnya bahwa Pancasila adalah Sosialisme Indonesia. “Harus dipahami Pancasila lahir dari pergulatan sejarah perjuangan rakyat Indonesia untuk membebaskan dari penjajahan atau imperialisme, membebaskan dari kemiskinan. Sehingga dasar negara Pancasila bagi pendiri bangsa ini menyebutkannya sebagai Sosialisme Indonesia, dimana Sukarno meruntutnya dari konsep Marhaenisme atau perjuangan kaum tani. Untuk itu makna Pancasila adalah perjuangan kesejahteraan rakyat.

Kesejahteraan rakyat perlu dilihat secara holistik lagi, bahwa kesejahteraan akan menyangkut keterbebasan dari kemiskinan, ekonomi rakyat, lingkungan hidup yang baik menjamin keberlangsungan hidup orang banyak.

“Jadi rakyat yang sejahtera, juga terkait dengan lingkungan hidup yang baik, agar sumber daya alam yang ada bisa dinikmati terus menerus sampai ke anak cucu,” kata Sumolang yang juga pemerhati lingkungan, ketua III Forum Komunikasi Pecinta Alam (FKPA) Sulut.

( TEVRI )

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *