Daerah

Perjalanan Hidup Tukang Cuci Bus hingga Dapat Gelar Doktor

1727
×

Perjalanan Hidup Tukang Cuci Bus hingga Dapat Gelar Doktor

Sebarkan artikel ini

NASIONALXPOS.CO.ID, JAKARTA – Kota Banda Aceh menjadi saksi perjalanan seorang laki-laki kelahiran Peusangan, Bireuen 1985 Dr Hendra Saputra Spd Mpd yang sekarang mendapat gelar doktor.

Perjalannya menempuh pendidikan tidaklah mudah, sebab banyak hal yang harus ia korbankan. Salah satunya, masa remaja yang ditinggalkan karena Hendra harus bekerja sambil sekolah.

Ketika Aceh dalam masa darurat militer, Hendra mampu menyelesaikan pendidikan jenjang Sekolah Menengah Pertama (SMP). Kemudian pada 2004, Hendra berangkat ke Banda Aceh.

Ekonomi orang tua yang sulit membuat Hendra nyaris putus sekolah, tapi tekadnya menjadi seorang sarjana membuat ia semangat berjuang.

Sembari sekolah, Hendra bekerja sebagai kondektur dan tukang cuci bus di PMTOH yang merupakan salah satu perusahaan otobus tertua di Aceh.

Pekerjaan awal yang diberikan kepadanya adalah tukang cuci bus dan mencuci baju sopir. Semua pekerjaan yang diberikan dilaksanakan dengan baik.

BACA JUGA :  Peduli Sesama, Polwan Polres Lombok Tengah Laksanakan Bhakti Sosial Jelang HUT Ke-72

Hendra pun tidak lupa dengan pesan ibundanya, sekolah dan bekerja terus dilakukan dengan beriringan agar kelak bisa meraih sarjana.

Bos PMTOH Zamzami Ali yang melihat kesungguhan Hendra dalam bekerja, mempercayainya untuk mengurus barang-barang kebutuhan rehabilitasi dan rekonstruksi Aceh pasca tsunami pada 2005.

“Bahasa kerennya supervisor. Karena saat itu bus PMTOH sebagai pihak yang mengurusi logistik kebutuhan pembangunan Aceh pasca tsunami,” kata Hendra.

Meski telah mendapatkan jabatan yang terbilang nyaman, Hendra tidak lupa dengan tujuan awalnya untuk menjadi sarjana. Lewat jabatan barunya, penghasilan dan pergaulan Hendra pun menjadi lebih baik.

Setelah lulus Sekolah Menengah Atas (SMA), Hendra langsung mengikuti tes di Universitas Syiah Kuala mengambil jurusan Diploma Pendidikan Jasmani. Perjalanan menempuh diplomanya berjalan dengan baik dan Hendra berencana akan melamar menjadi Pegawai Negeri Sipil (PNS) namun takdir berkata lain.

Pada 2010, Hendra resmi mundur dari PMTOH, padahal jabatannya sudah semakin bagus. Namun, dorongan untuk meraih gelar tertinggi dan akan menerapkan ilmunya di tengah masyarakat lebih tinggi.

Hendra pindah ke Jakarta, untuk mengambil program S2 di Universitas Negeri Jakarta (UNJ). Program pasca sarjana ini dibiayai oleh Hendra sendiri selama bekerja di PMTOH.

“Dari hasil tabungan selama bekerja di PMTOH, saya bisa membiayai program S2 di UNJ,” ungkapnya.

Ada hal menarik saat Hendra tes masuk S2 dan ditanya apakah ia bekerja sebagai asisten dosen sehingga mengambil S2 di UNJ. Namun, Hendra mengatakan, dirinya bekerja di perusahaan bus PMTOH bidang kargo.

“Sebab waktu itu rata-rata yang ikut tes adalah asisten dosen, mereka kira saya juga begitu,” lanjut Hendra sambil tertawa.

Semangat baja dan kerja keras, serta keinginan belajar yang kuat, membuat Hendra berhasil menyelesaikan S2 dengan sangat baik.

Bahkan, sembari kuliah S2 Hendra pernah mengajar di SMP Pulo Mas Jakarta dan SDN Galur Senen. Sekolah tersebut terkenal dengan siswa dengan orang tua berpenghasilan menengah.

“Saya ingin mendapatkan pengalaman bagaimana mengajar di sekolah dengan siswa yang ekonomi orang tuanya menengah ke atas dan yang menengah ke bawah,” ujar Hendra.

Dalam diri Hendra kembali muncul dorongan baru, yaitu ingin berprofesi sebagai dosen. Itulah yang mendorongnya melanjutkan  program doktor.

Hendra sempat menjalani pendidikan sebagai calon dosen muda di UGM, atas biaya Kemendikbud. Kemudian, sekarang Hendra sudah bergelar doktor dan siap terjun ke kampung halaman sebagai dosen.

Hendra akan bergabung dengan Universitas Almuslim, salah satu perguruan tinggi swasta ternama di Bireuen, Aceh.

Tinggalkan Balasan

Alamat email Anda tidak akan dipublikasikan. Ruas yang wajib ditandai *