Alat musik ini mengikuti jejak pendahulunya (warisan seni budaya Indonesia lainnya) yang telah terlebih dahulu ditetapkan menjadi warisan budaya dunia, yaitu Seni Wayang pada tahun 2008 bersama Senjata Keris, kemudian menyusul Kain Batik pada tahun 2009, alat musik Angklung pada tahun 2010, Seni Tari Saman 2011, Noken (2012 ), Tiga Genre Tapanuli (2015), Kapal Phinisi (2017), Seni Pencak Silat (2019), dan Seni Pantun pada tahun 2020.
Di Pemalang, Jawa Tengah, seorang bernama Hendi (45), warga Kampung Beber, Kabupaten Cirebon, Jawa Barat, walaupun belum bisa dikatakan sebagai ‘master gamelan’, akan tetapi, paling tidak bisa disebut sebagai penjaga amanah warisan budaya bangsa.
Setiap harinya dia berkeliling dari sekolah Paud dan SD di Kota Pemalang dan sekitarnya, menjajakan mainan anak-anak berupa miniatur gamelan, yaitu instrumen Saron atau ‘balungan.’
Menurut Hendi, dirinya menjual miniatur instrumen Saron dengan harga antara 15 sampai 20 ribu rupiah. Untuk miniatur yang lebih berkualitas lagi dengan suara yang nyaring dan bening, dijual seharga 200 ribu.
“Alhamdulillah mas, lakunya mah, sekitar 15 sampai 20 biji dalam sehari,” ujar lelaki lulusan SMP saat diwawancari pada Selasa ( 25/6/2024 ) di Alun -Alun kota Pemalang, Jawatengah.