“Akan kami lakukan itu, kalau memang kemauannya. Kepala Puskesmas Lespadangan, biar tugaslah. Enak dapat bayaran kalau gak tugas. Gak apa-apa ngomong ke Kepala Puskesmasnya, cobalah (oknum dokter Rodli Alfiyan) meminta maaf,” himbaunya.
Kontroversi muncul, berawal dari seorang penderita Diabetes Melitus (DM) selama puluhan tahun yang merasa bahwa oknum dokter Rodli Alfiyan ditengarai tak sopan berujar dalam pelayanannya.
Ketika itu, dirinya mendatangi Puskesmas Lespadangan yang terletak di desa Terusan, kecamatan Gedeg, kabupaten Mojokerto, untuk berharap surat rujukan penyakit dalam. Alih-alih menerima rujukan, justru perkataan oknum dokter Rodli Alfiyan yang diduga tak beretika ia dapatkan.
“Jadi dokter kan harusnya bisa menghormati pasien, lha dia tidak. Mestinya kan bisa bersikap baik, ramah dan bersahabat. Bukan arogan dengan ucapan ‘koen-koen’ (bahasa Jawa kasar). Etikanya itu kurang dipakai, gak punya ‘tepo seliro’ sama sekali,” keluh warga.
Menurutnya, oknum dokter Rodli Alfiyan tidak bisa menghargai dirinya sebagai pasien yang sudah berumur (tua). Sehingga, kata-kata yang diduga tak pantas diucapkan itu, menusuk perasaannya yang ditafsirkan sebagai orang yang tak punya rasa sopan.
Sedangkan, oknum dokter Rodli Alfiyan saat dikonfirmasi mengungkapkan bahwa pasien yang dimaksud sudah lama seperti itu. Pihaknya juga mengaku telah memberi rujukan beserta obatnya. Namun, ia tak menjelaskan kepada awak media rujukan yang diberikannya tersebut untuk penyakit dalam atau penyakit mata.